
Oleh: Eli Lusiyana, S.Pd.*
Proses pembelajaran di era new normal setelah masa pandemi covid-19, menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Tidak semua mata pelajaran mudah dipahamai dan dimengerti oleh peserta didik. Salah satunya, mata pelajaran kimia nan masuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Kimia merupakan salah satu bagian dari pengetahuan pengetahuan alam (IPA) nan diajarkan mulai jenjang pendidikan menengah. Banyak peserta didik beranggapan bahwa kimia sebagai salah satu mata pelajaran nan sulit. Hal itu dapat dipahami, karena kajian kimia berkarakter absurd sehingga sering kali siswa kesulitan dalam memahami materi.
Pada praktiknya, pembelajaran kimia di sekolah condong menggunakan cara-cara nan absurd dan konvensional sehingga peserta didik kesulitan dalam memahami materi terutama materi-materi nan berkarakter abstrak. Pembelajaran kimia tidak lepas dari metode ilmiah. Pelaksanaan metode ilmiah dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan metode penelitian alias praktikum.
Sudjana (2014) menyatakan bahwa metode penelitian mengharuskan peserta didik utnuk mempraktikkan suatu proses tersebut. Setelah memandang dan mengawasi apa nan telah didemonstrasikan seorang demonstrator. Eksperimen juga dapat dilakukan untuk membuktikan kebenaran sesuatu. Sedangkan menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014) metode penelitian bermaksud untuk meningkatkan keahlian berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep alias teori.
Dalam konteks ini, terutama tahap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, pembimbing kudu imajinatif dan inovatif dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas, misalnya dengan praktikum kimia nan memanfaatkan perangkat dan bahan nan ada dan sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar peserta didik.
Prosedur Praktik Sifat Koligatif
Sifat koligatif larutan merupakan salah satu materi nan ada di kelas XII nan sangat abstrak, terutama dalam memahami proses penurunan titik kaku suatu larutan. Salah satu langkah nan digunakan pembimbing dalam memberikan materi tersebut agar mudah dipahami oleh peserta didik ialah dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum membikin es krim. Langkahnya, penulis meminta peserta didik untuk membentuk golongan terlebih dahulu. Misalnya masing-masing golongan terdiri atas 4-5 peserta didik. Kemudian dalam satu kelompok, peserta didik diinstruksikan menyiapkan perangkat dan bahan. Alat dan bahan nan digunakan dalam praktikum ini memanfaatkan nan ada di lingkungan sekitar peserta didik seperti kaleng roti/ biscuit, baskom, sendok, es batu, garam, susu.
Setelah semua perangkat dan bahan siap, langkah selanjutnya ialah proses pembuatan es krim. Baskom diisi dengan es batu kemudian kaleng roti/ biscuit diisi dengan susu. Kaleng tersbut diletakkan di baskom nan sebelumnya sudah di beri es batu. Kemudian kaleng tersebut diputar searah jarum jam selama 5 menit, kemudian diukur suhunya menggunakan thermometer. Setelah 5 menit, kemudian ditambahkan garam dapur di es batu nan ada dalam baskom, lampau diputar lagi sampai 15 menit. Pasca 15 menit di ukur suhunya, dan amati susu sudah mulai membeku alias belum. Jika sudah, es krim tersebut bisa langsung dinikmati. Namun andaikan belum, dapat dilanjutkan lagi proses pemutaran kalengnya. Setelah susu membeku menjadi es krim, peserta didik menganalisis perbedaan suhu nan diperoleh sebelum dan sesudah penambahan garam.
Pada tahap akhir, penulis meminta peserta didik kelas XII di SMA Negeri 4 Pekalongan ini untuk membikin video tentang apa nan telah dipraktikkan dan video tersebut diunggah di kanal youtube. Melalui kegiatan tersebut, pembelajaran kimia dengan berpraktik ini dapat dijadikan sebagai bahan penilaian portofolio untuk peserta didik dalam mengembangkan keahlian mengomunikasikan gagasan, demonstrasi, maupun presentasi. Selain itu, peserta didik juga bakal lebih mudah memahami konsep absurd ihwal sifat koligatif suatu larutan sekaligus mengemas pembelajaran menjadi lebih mengasyikkan. (*)
*Penulis adalah Guru Kimia SMA Negeri 4 Pekalongan, Kota Pekalongan