Bukan Ketindihan Jin, Begini Penjelasan Medis Soal Pengalaman Di-rep-repi

Sedang Trending 6 bulan yang lalu
REP REPAN Saat mengalami rep repan, tubuh seperti tak bisa digerakkan. (sumber foto: https://img.okezone.com/)

RADARPEKALONGAN.ID – Pernah merasakan pengalaman terbangun tidur di tengah malam tapi badan seperti tak bisa digerakkan, nafas berat da ngos-ngosan, seperti ada nan menindih tubuh kita. Dulu orang-orang tua kita menyebutnya sebagai rep-repan (ketindihan) alias dalam bahasa Jawa menjadi direp-repi, meyakininya sebagai pengalaman mistis, ialah ketindihan jin. Nah, rupanya pengalaman ini penjelasan medisnya loh.

Kasus ketindihan alias di-rep-repi memang menjadi pengalaman “aneh” bagi orang nan tidur. Sebab kondisinya seperti kita telah terbangun, tetapi tubuh serasa menolaknya, seperti proses transisi. Sebagian orang mengalami kasus rep-repan ini semisal ditindih beban berat, sebagian lain merasa jatuh dari ketinggian alias ditarik ke langit. Yang jelas indikasi klinis dan psikisnya secara umum sama, ialah jantung berkontraksi dan menyempit , seperti dihimpit/ditindih barang berat, berdebar lebih kencang, sehingga nafas kita terasa berat dan terengah-engah, lesuitan bicara. Sebagian akhirnya bisa bangun, pun dengan nafas nan tetap berat, plus sisa kekhawatiran tertentu. Tidak heran orang-orang tua dulu meyakininya sebagai pengalaman ditindih makhluk halus, lantaran memang rasanya aneh, antara sadar dan tidak sadar (trans).

Nah, seiring makin meratanya pendidikan serta akses informasi dan pengetahuan nan kian mudah, beragam penjelasan ilmiah tentang rep-repan pun akhirnya tersosialisasikan dengan baik. Terlebih di era informasi seperti saat ini. Dan rep-repan juga rupanya ada penjelasan medisnya loh.

Dikutip dari portal klikdokter.com, istilah rep-repan alias ketindihan dalam medis disebut kelumpuhan tidur (sleep paralysis). Penyebab utama ketindihan pada dasarnya disebabkan lantaran proses sinkronisasi otak dan tubuh nan sempat terganggu sewaktu tidur.

Dalam keadaan tidur, terdapat dua fase utama nan terjadi, ialah fase rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (NREM). Saat tidur, sebagian besar tubuh Anda bakal berada di dalam fase NREM.

Pada fase tersebut, tubuh dalam keadaan rileks. Sementara itu pada fase REM, tubuh dalam keadaan rileks tetapi mata bergerak dengan cepat. Pada kondisi peralihan dari fase NREM dan REM, kadang seseorang terbangun dari tidurnya.

Nah, pada saat dia terbangun dalam kondisi peralihan ini, otaknya tetap dalam keadaan tidur, seluruh ototnya juga tetap lumpuh lantaran tetap dalam keadaan rileks. Alhasil, Anda bakal merasakan indikasi ketindihan seperti tersadar dengan kondisi badan tidak bisa bergerak.

Jadi, saat tubuh susah digerakkan, sebetulnya lantaran dia tetap butuh waktu (transisi) untuk betul-betul bangun. Namun beberapa saat setelah mengalami kondisi sleep paralysis, otak dan tubuh bakal perlahan bakal sinkron kembali sampai betul-betul terbangun dari ketindihan.

Kelumpuhan tidur umumnya bukanlah sesuatu nan berbahaya. Meski tidak setiap orang pernah mengalami kelumpuhan tidur ini, namun sebagian orang justru sering mengalaminya. Lalu apa saja nan bisa memicunya, berikut penjelasan dari klikdokter;

Mengalami Gangguan Mental
Meski tidak diketahui apa hubungan pastinya, orang nan sedang mengalami gangguan kekhawatiran alias depresi dilaporkan sering mengalami kondisi “rep-repan”. Orang nan sedang mengalami gangguan mental juga condong minum minuman beralkohol, dan ini diyakini bisa memicu ketindihan.

Salah Posisi Tidur
Kebanyakan orang nan mengalami ketindihan saat tidur mengatakan bahwa itu terjadi saat posisi tidur mereka sedang telentang alias berbaring. Sedangkan orang nan tidurnya sering tengkurap alias miring, mengaku jarang mengalami sleep paralysis.

Mengidap Narkolepsi
Orang nan mempunyai gangguan tidur narkolepsi biasanya bakal mengalami mimpi alias halusinasi. Penderita narkolepsi juga dilaporkan sering mengalami kesulitan berbincang alias bergerak seperti ketindihan.

Penyebab Lainnya
Memiliki agenda tidur nan tidak teratur, misalnya pada orang nan kudu bekerja shift pagi dan malam bergantian
Memiliki personil family nan juga pernah mengalami kelumpuhan tidur.
Mengalami penyakit obstructive sleep apnea nan ditandai dengan sumbatan jalan napas saat tidur.

Adakah nan Bisa Dilakukan untuk Mencegah Ketindihan Saat Tidur?
Umumnya, tidak ada pengobatan unik nan diperlukan untuk mengobati alias mencegah ketindihan secara medis. Namun, ada beberapa perihal sederhana nan dapat dilakukan untuk dapat mencegah kondisi ini terjadi, ialah seperti bertikut ini.

Usahakan untuk mempunyai agenda tidur nan teratur, termasuk pada hari libur.
Tidur dalam kondisi nan nyaman, salah satunya dalam ruangan nan gelap.
Hindari bekerja, belajar, dan nonton TV di atas tempat tidur.
Hindari mengonsumsi makanan ’berat’ dalam dua jam menjelang tidur.
Jika ada depresi alias gangguan cemas, segera berkonsultasi dengan psikiater.
Lakukan perihal nan bikin badan jadi lebih rileks alias menenangkan menjelang tidur, misalnya mendengarkan alunan musik, meditasi, alias berdoa.

Nah, sekarang sudah jelas kan tentang apa sebenarnya pengalaman direp-repi alias ketindihan, pemicu serta upaya meminimalisirnya. Kalau Anda membaca tulisan ini sembari ikut ngos-ngosan, fix Anda pernah mengalaminya. Sebagai tambahan, mimin saranin untuk bebersih dulu sebelum tidur ya, alias bagi nan Muslim bisa berwudhu dan jangan lupa gesek gigi. Ambil posisi tidur nan baik, tidak asal tengkurap. Coba dengan tidur miring ke kanan, lampau menjadikan tangan kanan sebagai bantalan, lampau baca angan deh. (*)