Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) dilaporkan selalu meletakkan berprasangka pada China, terlebih saat terbongkarnya langkah nan dilakukan mata-mata dari Negeri Tirai Bambu untuk mencuri informasi Negeri Paman Sam.
Kasus Zheng Xiaoqing salah satunya. Mantan pegawai perusahaan General Electric (GE) Power tersebut menjadi mata-mata nan menggunakan selembar foto untuk menyembunyikan informasi.
Menurut Dakwaan Departemen Kehakiman AS (DOJ), Zheng menyembunyikan arsip rahasia nan dicuri dari GE dalam kode biner, nan tersembunyi dalam foto digital mentari terbenam. Salah satu masyarakat AS itu kemudian mengirimkan foto tersebut kepada dirinya sendiri.
Teknik itu berjulukan steganografi, adalah menyembunyikan file informasi di dalam kode file informasi nan lainnya. Zheng menggunakan teknik itu acapkali untuk mengambil file sensitif dari GE.
GE sendiri merupakan perusahaan multinasional nan bergerak di banyak bidang, seperti kesehatan, energi, penerbangan. Perusahaan membikin segalanya mulai dari lemari es hingga mesin pesawat.
Sementara informasi nan dicuri Zheng terkait dengan kreasi dan pembuatan turbin gas dan uap, termasuk bilah turbin dan segel turbin. Informasi itu ditaksir berbobot jutaan dolar, dan sudah dikirimkan ke komplotannya di China.
Informasi nan dicuri Zheng pada akhirnya bakal menguntungkan pemerintah, perusahaan dan universitas nan berbasis di China.
Akibat pencurian informasi sensitif tersebut, Zheng dijatuhi jawaban dua tahun penjara oleh otoritas AS.
Zheng tidak sendirian, sebelumnya Xu Yanju berwarga negara China juga dijatuhi jawaban 20 tahun penjara, disebut sebagai mata mata dan merencanakan untuk mencuri rahasia jual beli dari beberapa perusahaan penerbangan AS, termasuk GE.
Direktur FBI Christopher Wray sempat menyebut argumen China merampok properti intelektual perusahaan barat. Supaya bisa mempercepat perkembangan industrinya sendiri dan akhirnya mendominasi industri kecil.
Dia memperingatkan China memata-matai perusahaan dari kota besar sampai kota kecil. Bahkan dari perusahaan Fortune 100 sampai perusahaan perintis.
"Termasuk mereka nan konsentrasi pada beragam perihal mulai dari aviasi hingga AI dan farmasi," katanya.
[Gambas:Video CNBC]
(dem)