[CERPEN] Pasar Malam

Sedang Trending 6 bulan yang lalu
pasar malam Sumber foto: https://ikut.org/

Bunyi sirine nan bersuara malam ini menandakan sebuah pesta. Gemerlap lampu menghias jalan, di kiri dan kanan. Langkah-langkah senang tampak jelas menuju pada sebuah tempat. Pasar malam. Tempat pesta nan murah meriah. Siapa pun boleh datang. Tua alias muda tak menjadi sebuah masalah. Semua boleh menikmati pesta nan berjalan sepanjang malam.

Tidak terkecuali Santi. Remaja belia ini tampak bahagia. Kulihat setiap dia tertawa, hanya ada senyum di bibir. Namun, tak ada senyum nan keluar dari kedua netranya. Tampak seperti tawa palsu. Ah…aku pun juga tak yakin. Hanya berani menerka tak berani menafsirkan.

Tak kusangka, Santi datang menghampiriku dan menyapa. Sambil membawa gulali di tangannya, dia datang menyalami diriku.

“Tan, kok datang sendiri? Rima ngga diajak Tan?,” Tanya Santi kepadaku. Ia memang sering bermain dengan anak bungsuku nan berumur 5 tahun. Katanya sudah dianggap adik sendiri.

“Wah…sayang sekali, adikmu itu baru mainan sama eyangnya. Ngga mau diajak ke sini. Ini Tante bawa Dimas kok, sama dia aja ya mainnya.”

“Yah…padahal Santi mau ngajak Rima naik komidi putar. Kalau sama Dimas pasti langsung ditolak Tan.”

Aku hanya tertawa menanggapi jawaban Santi. Maklum saja, Dimas memang begitu anaknya. Tampak cuek dan semaunya sendiri. Sudah peralatan tentu tak bakal nyambung dengan Santi nan ceria dan cerewet.

“Kamu sendiri sudah besar, tetap saja suka ke sini. Tante lihat, anak seusiamu lebih suka jalan-jalan ke mall. Entah itu nonton alias sekadar main saja.”

“Di sini lebih menarik Tan, banyak mainan sama jajanan,” tampak senyum mini di perspektif bibirnya, namun tetap beda. Tidak seperti senyum sumringah nan biasa ditampakan Santi. Apa ada nan salah dengan pertanyaanku? Pikirku dalam diam.

“Iya ya, di sini banyak mainan sama jajanan. Tapi Tante lihat tiap ada pasar malam Anda selalu naik komidi putar, ngga pernah coba wahana lain. Rima saja sampai hafal jika Anda ajak ke pasar malam.”

“Santi suka Tan, selain komidi putar ngga ada nan Santi suka.”

“Loh, kenapa? Padahal komidi putar mainannya anak-anak. Biasanya seumuran Rima ini nan suka. Kamu ngga takut diejek sama temenmu San gara-gara naik komidi putar.”

“Ngga kok Tan, Santi biarkan saja jika ada nan mengejek. Itu urusan mereka. Selama pasar malam tetap ada, Santi pasti naik komidi putar terus. Kalau naik itu, Santi bisa ingat ayah. Dulu Santi sering dibawa ayah naik komidi putar,”jawabnya sembari mengusap air di perspektif matanya. Teringat mendiang ayahnya nan sudah tiada.

Hatiku menghangat mendengar argumen Santi. Tidak kusangka, kebiasan seperti itu adalah perihal nan berbobot bagi dirinya. Kebiasaan nan menurut orang lain sepele, namun tidak dengannya.

Kubelai kepalanya penuh haru. Tidak mau dia terlarut dalam kenangan menyedihkan, lantaran pasar malam tetap panjang. Sepanjang kisah pengunjung pasar malam nan lain. []

___________________________________

BIOOOO[CERPEN] Pasar Malam