SuaraCianjur.id – Sepak bola Indonesia memang selalu dirundung masalah. Selain masalah pengelolaan liga nan jelek dan pengaturan skor, sepak bola Indonesia seringkali dihadapkan dengan masalah anarkisme suporter.
Dalam seminggu terakhir, sepak bola Indonesia diramaikan dengan kasus penyerangan suporter terhadap tim tamu. Kasus pertama terjadi di Sleman setelah oknum suporter PSS Sleman mencoba menyerang dan merusak bus dari tim tamu Arema Malang.
Sedangkan kasus kedua baru saja terjadi hari kemarin, Sabtu (28/1/2023) nan mana tim tamu Persis Solo diserang oleh oknum suporter tuan rumah Persita Tangerang setelah pertandingan.
Kasus anarkisme suporter seolah menjadi masalah nan lumrah, apalagi tidak sedikit kerugian nan hasilnya baik secara materil, moril, hingga hilangnya nyawa.
Baca Juga:Doni Setiabudi Sudah Siapkan Ide Jika Nanti Terpilih Menjadi Ketua PSSI
Namun, kenapa suporter kerapkali bertindak anarkis? Apa penyebannya?
Menurut master pengetahuan jiwa UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., nan dilansir dari ugm.ac.id, tindakan pemberontak maupun vandalisme nan dilakukan oleh oknum suporter dikarenakan adanya pengaruh dari jiwa massa.
Jiwa massa ini dalam makna seseorang namalain perseorangan bakal bersikap berbeda saat berada di tengah massa namalain gerombolan. Ketika berada di tengah massa bakal mendorong munculnya perilaku namalain tindakan nan tidak bakal dilakukan saat sedang sendiri.
Hal ini pun bakal semakin ditunjang dengan adanya atribut nan menandakan bahwa seseorang adalah bagian dari suatu identitas. Faktor ini nan menjadi penyebab seseorang berani untuk melakukan tindakan diluar norma seperti penyerangan, kekerasan, apalagi pembunuhan. Kondisi ini bertindak bukan hanya untuk suporter sepak bola, tapi juga untuk massa tindakan demo dan geng motor.
Dalam rangka mencegah tindakan anarkisme dan vandalisme tersebut, dibutuhkan adanya upya pengendalian massa. Dalam sepak bola, perihal ini bisa dilakukan dengan langkah mengatur kepulangan suporter menjadi beberapa sesi.
Baca Juga:Ngeri! Ini Nama Orang Yang Bermain di PSSI
Selain itu, nan perlu menjadi perhatian adalah adanya provokator nan selalu memanas-manasi massa. Maka dari itu, pihak pengamanan pertandingan kudu jeli memandang siapa nan berpotensi menjadi tokoh kericuhan namalain penyerangan suporter. (*)
Loading...