
Setiap orang tentu tidak asing dengan istilah kantin. Istilah Arti Kata kantin adalah ruang tempat menjual minuman dan makanan (di sekolah, di kantor, di asrama, dsb): mereka makan siang di sekolah. Kantin dalam bahasa Belanda: kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum nan dapat digunakan pengunjungnya untuk makan, baik makanan nan dibawa sendiri maupun nan dibeli di sana. Kantin sendiri kudu mengikuti prosedur tentang langkah mengolah dan menjaga kebersihan kantin. Makanan nan disediakan kantin haruslah bersih dan halal.
Jenis-jenis makanan nan disediakan pun minimal kudu memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Biasanya para pembeli kudu mengantri dalam sebuah jalur nan disediakan untuk membeli makanan. Kantin nyaris selalu ada di tiap sekolah. Biasanya kantin menjadi tempat berkumpul bagi para murid. Pesan ambil bayar duduk mungkin merupakan prinsip para pengguna akomodasi kantin.
Ramainya kantin disebabkan oleh obrolan siswa-siswi nan makan berbareng baik pada waktu rehat maupun setelah pembelajaran telah selesai. Kebanyakan siswa menganggap krusial kantin sebagai tempat bersosialisasi, tempat berkumpulnya, tetapi berbeda dengan kantin kejujuran. Kantin ini hanya terdapat di SDN 02 Sijeruk. Konsep umum kantin kejujuran sejatinya nyaris sama seperti kantin pada umumnya, ialah sama-sama menjual makanan dan minuman serta menggunakan tempat tertentu. Perbedaannya terletak pada waktu operasi, tempat dan penjualnya. kantin pada umumnya biasa beraksi setiap sore hari dan mengandalkan perangkat penerangan tradisional, lampu senthir, dan lokasinya di pinggir jalan.
Sementara, kantin Kejujuran di SDN 02 Sijeruk Kecamatan Sragi beraksi pada hari efektif pembelajaran, dan tidak ada penjaga/ petugas unik kantin. Perbedaan inilah nan menjadi kelebihan kantin Kejujuran di SDN 02 Sijeruk nan terletak di tengah tengah pesawahan warga. Kelebihan itu terletak pada upaya sekolah dalam berinovasi dan berimprovisasi sehingga bisa merombak paradigma tentang kantin pada umumnya menjadi sarana kejujuran para siswa.
Nilai-nilai kejujuran nan terdapat pada kantin Kejujuran di SDN 02 Sijeruk ini ini setidaknya bisa dilihat dari dua aspek. Pertama, membangun jiwa wirausaha peserta didik.sesuai pada kerikulum merdeka pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Jiwa ini memang sangat mungkin tumbuh, mengingat selain para guru, sebagian penduduk melalui peserta didik merupakan para penyuplai barang-barang dagangan di kantin Kejujuran. Kedudukan mereka sebagai penyuplai peralatan dagangan adalah bentuk pendidikan dan pembiasaan berwirausaha nan ditanamkan sejak awal di sekolah.
Proses ini memungkinkan bagi mereka mempunyai mental kuat dan berbudi pekerti mandiri, sehingga ke depannya tidak ketergantungan pada orang lain. Kedua, membangun budaya positif, ialah membiasakan jujur dengan tidak adanya penjaga di kantin. Kejujuran menuntut tiap peserta didik bersedia melayani, menghitung dan membayar sendiri makanan dan minuman nan dibelinya. Jika digunakan logika upaya murni maka proses awal pembuatan kantin ini boleh dikatakan mengalami kerugian. Tetapi andaikan pendekatan kejujuran nan dikedepankan maka sistem tanpa penjaga dapat mendorong mereka nan jajan untuk senantiasa mengedepankan sikap jujur, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Sikap seperti itu memang sangatlah krusial ditumbuhkan, mengingat kebiasaan jujur adalah bagian dari kepribadian tiap peserta didik di SDN 02 Sijeruk nan kudu dilatih sejak dini. Proses melatih hati nurani mereka agar selalu bersikap jujur tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi butuh waktu nan relatif lama. Oleh lantaran itu, program kantin Kejujuran nan telah dijalankan SDN 02 Sijeruk Kecamatan Sragi perlu mendapat apresiasi dari semua pihak, khususnya penduduk desa Sijeruk.
Apresiasi tersebut perlu diberikan lantaran di sekolah itu mempunyai komitmen kuat untuk menanamkan budaya jujur. Para stake holders di sekolah ini tampaknya menyadari sungguh sikap jujur tidak hanya cukup dilatih saja di dalam kelas, sebagaimana proses pendidikan konvensional selama ini. Proses pendidikan konvensional memang baru bisa menjadikan peserta didik mengetahui dan mengerti tentang urgensi sikap jujur. Namun, mereka belum sanggup mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Realitas ini nan pada gilirannya menyebabkan sebagian masyarakat berpandangan sumir terhadap bumi pendidikan. Mereka umumnya menganggap bahwa bumi pendidikan baru bisa melahirkan para insan nan pandai secara kognitif.
Kantin Kejujuran adalah sebuah proses pendidikan inkonvensional nan didesain untuk menumbuhkan kepintaran kognisi, afeksi dan psikomor peserta didik. Penumbuhan ketiga kepintaran tersebut sangat mungkin dilakukan dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Sangat disadari sungguh sikap jujur peserta didik sedikit-banyak dipengaruhi oleh budaya nan terbangun di lingkungannya.
Sekolah nan berbudaya positif mempunyai pengaruh sangat kuat bagi pembentukan pribadi mereka agar selalu bersikap jujur. Dikatakan demikian lantaran pembentukan kepribadian mereka dilakukan dengan pendekatan budaya positif di sekolah. Dengan pendekatan budaya, maka peserta didik nan sudah mengetahui dan memahami nilai dan norma kejujuran dapat langsung mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembiasaan berperilaku seperti ini pada gilirannya dapat melahirkan pribadi peserta didik berkarakter. Hal ini merupakan satu nilai lebih dari Kantin Kejujuran, daripada program Pendidikan Karakter nan condong hanya berkarakter administratif. Oleh lantaran itu, potret budaya positif ini semoga menjadi inspirasi bagi para Kepala sekolah lainnya, khususnya di daerah kabupaten Pekalongan. Konsep Kantin Kejujuran sangat mungkin diadopsi, dimodifikasi dan dipraktikkan di sekolah lainnya (*)