NasDem Sibuk Temui Koalisi Lain, Nasib Anies di Ujung Tanduk: Bye Nyapres 2024?

Sedang Trending 4 bulan yang lalu

Suara.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memang resmi diusung Partai NasDem sebagai calon presiden namalain capres 2024. Namun, support itu kembali dipertanyakan setelah NasDem tampak 'sibuk' menemui koalisi lain, adalah koalisi Gerindra dan PKB.

Menurut pengamat politik sekaligus Direktur IndoBarometer, Muhammad Qodari, kunjungan NasDem ke Sekber Gerindra-PKB merupakan bagian dari dinamika politik nan memang belum selesai.

Qodari menilai bahwa pertemuan NasDem dengan koalisi nan dibentuk Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar itu merupakan skenario mencari pengganti lain. Ini lantaran pencalonan Anies sebagai capres 2024 oleh NasDem tetap belum menemukan kesepatakan dengan Demokrat dan PKS.

Pasalnya, Partai Demokrat dinilai condong menginginkan ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies. Begitu pula dengan PKS nan menginginkan tokoh mereka, Ahmad Heryawan (AHY) sebagai cawapres Anies.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Mengaku Marah Bila Ada Orang nan Berani Menghina Anaknya: Saya Sungguh Tidak Ikhlas!

"Kita tahu posisi Nasdem kan mencalonkan Anies sebagai calon presiden, nah komunikasi politik nan selama ini terjadi antara Nasdem adalah dengan partai Demokrat dan PKS," jelas Qodari kepada wartawan, Jumat (27/1/2023).

"Di sini rupanya menjadi sumber kerumitan tersendiri, lantaran Demokrat mau AHY jadi wakilnya Anies Baswedan, sementara PKS mau Ahmad Heryawan," sambungnya.

Situasi NasDem berbeda dengan Partai Gerindra nan sedari awal sudah menyatakan bakal mendukung Prabowo Subianto sebagai capres 2024. Karena itu, tak ada titik terangnya di Koalisi Perubahan dinilai membikin NasDem resah dengan masa depan keputusan mereka mencalonkan Anies.

Anies sendiri, lanjut Qodari, memang sejak awal sudah berkomunikasi intens dengan Partai Demokrat dan PKS. Mulai dari kunjungan ke petinggi Demokrat hingga PKS.

Namun, seperti diketahui, Koalisi Perubahan baru bisa mengusulkan calon presiden seumpama memenuhi persyaratan undang-undang presidential threshold 20 %, adalah jika tiga partai politik bersepakat. Namun faktanya ketiga parpol itu tetap belum kompak menemukan kesepakatan.

Baca Juga: Beda Cara NasDem dan Demokrat Deklarasikan Anies, PKS Kapan?

"Jadi ya dalam situasi pertemuan Nasdem dengan Gerindra itu, saya memandang Nasdem mau membuka kemungkinan-kemungkinan nan lain ya," tambah Qodari.

Qodari lantas mengungkap skenario Nasdem masuk dalam Koalisi Gondangdia. Jika Koalisi Perubahan tak kunjung berasosiasi dan terwujud, maka Nasdem kudu mempunyai opsi nan lain untuk bisa berperan-serta dalam proses politik nan ada. Begitu pula dengan Demokrat dan PKS, nan bangku keduanya tidak jauh berbeda.

Pertanyaannya, kata Qodari, kenapa Nasdem kudu ke koalisi Gerindra dan PKB, alih-alih Demokrat-PKS?

"Saya memandang lantaran koalisi nan tetap memungkinkan dibangun pada hari ini Koalisi Gondangdia, antara Gerindra dan PKB, lantaran baru dia partai politik. Sedangkan di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga sudah penuh," tegas Qodari.

"Di KIB bisa dikatakan itu sudah sudah penuh, ada Golkar ada PPP ada PAN. Dan jika berasosiasi disana, posisi Nasdem tidak bakal signifikan. Jadi Nasdem jika masuk ke sana itu menjadi penggembira," tandasnya.

Disclaimer:

Artikel ini merupakan kerja sama Suara.com dengan Warta Ekonomi. Hal nan terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi tulisan menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.