
Suatu hari Gus Dur membujuk Kiai Agiel jalan-jalan untuk mencari seorang wali. Kemudian Kiai Agiel berjumpa seseorang nan memakai surban tinggi sedang mengajar dan mempunyai banyak santri.
Kiai Agiel pun bertanya kepada Gus Dur, “Apa ini wali, Gus?”
Gus Dur menjawab, “Bukan.”
Akhirnya mereka mencari lagi dan berjumpa seseorang nan memakai surban dengan jidat hitam.
Lagi-lagi Gus Dur berkata, “Bukan ini.”
Sampai akhirnya Gus Dur menghentikan langkah di dekat seseorang nan bersurban mini biasa, duduk di atas sajadah.
“Inilah wali,” ujar Gus Dur singkat namun mantap.
Ternyata tujuan mencari wali adalah agar Gus Dur didoakan oleh sang wali.
Akhirnya, wali ini bermohon untuk Gus Dur.
Usai berdoa, sang wali pergi sembari menyeret sajadahnya dan berbicara lirih, “Ya Rabbi, ma dzanbi hatta tu’arrifuni (Ya Tuhanku, apa dosaku sehingga ada orang nan mengetahui maqom-ku (kedudukanku)?” (*)
(disadur dari AlaNu)