Tujuh Tahun Tekuni Usaha Canting

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
IMG 20221125 144409 scaled Canting cap buatan Muji Slamet penduduk Kergon, Kota Pekalongan.(foto/Dwi Fusti)

*Pengrajin Canting Cap Berbahan Kayu Asal Pekalongan

Radarpekalongan.id – Pekalongan dikenal dengan Kota Batik, tidak hanya pengrajin dan penjual batik nan bertebaran disana. Tak luput pula upaya pendukungnya juga datang secara massal seperti halnya canting cap.

Salah satu pengrajin pembuatan Canting batik cap di Pekalongan adalah Muji Slamet (37).
Ditemui di rumahnya Kergon, Kota Pekalongan, nan juga bengkel cantingnya, Muji menceritakan upaya canting nan sudah dia tekuni sejak tujuh tahun lamanya.

Menurutnya, pengrajin canting itu berjuntai dengan industri batik disekitarnya. Semakin banyak nan memproduksi batik, semakin banyak pula kebutuhan canting cap.

“Mulai upaya canting cap sudah 7 tahun sampai sekarang. Usaha canting cap kayu ini jadi mata pencaharian saya selama ini,” kata Muji Slamet, belum lama ini.

Dalam produksi sehari-hari dia lakukan sendiri, tak jarang juga dibantu istrinya.

“Canting cap nan saya buat seringnya nan menggunakan kayu. Sebab, tidak hanya lebih mudah proses pembuatan nya juga jauh lebih cepat,” kata Muji.

Muji menghabiskan waktunya setiap hari di bengkel rumah nya untuk membikin canting batik cap. Ia menceritakan, setiap hari dia bisa membikin pesanan canting batik cap hingga 10 buah. Dengan lama pembuatan satu buah canting kayu kisaran 1 jam saja.

“Palingan sekitar 8 hingga 10 buah setiap hari untuk produksi nya. Tergantung pesanan, lantaran memang sejauh ini saya membikin canting berasas pesanan nan sudah ada, ” katanya.

Untuk nilai canting batik cap kayu buatan Muji dijual kisaran Rp25.000 hingga Rp30.000/buah, tergantung kerumitan kreasi nan diukir dicanting.

Selain berbahan kayu, tak jarang Muji juga membikin canting cap dengan plat tembaga.

“Bedanya dari bahan kayu, lebih tahan lama dan bagus secara model jika menggunakan plat tembaga. Namun dari segi pembuatan lebih lama lantaran lebih detail, nilai pun lebih mahal kisaran Rp65.000 hingga Rp100 ribuan/buah,” lanjutnya.

Sejauh ini Muji hanya mengandalkan pesanan secara langsung dari para konsumen nan datang kepadanya. Dirinya belum merambah pasar digital.

“Masih offline dirumah, dan konsumenya tetap sekitaran saja. Belum kepikiran untuk merambah online,” kata Muji.

Usahanya saat ini diakui Muji tidak sebagus sebelumnya.

“Agak sunyi mungkin terpengaruh produksi batik, tapi upaya produksi tetap berjalan. Mungkin nan tadinya 100 persen saat ini hanya 50 hingga 80 persen,” imbuhnya.

Meskipun demikian, Ia berterima kasih sampai saat ini permintaan canting buatannya tetap diminati konsumen nya.

“Alhamdulillah tetap konsisten produksi saja sejuah ini. Untuk kedepan belum kepikiran untuk dikembangkan gimana lagi. Yang krusial cukup untuk penghasilan sehari-hari,” tandasnya. (ap3)