
“Agh, Anda mah gitu, sama temen sendiri pelit. Perhitungan.”
Anggap saja ungkapan itu ditujukan untuk kamu. Yang mengucapkan kawan se-tongkronganmu, circle asyik-asyikmu lah. Pun ungkapan itu disampaikan tidak dengan serius-serius amat, becanda malah, pas hangout di mana gitu. Pertanyaannya, apakah ungkapan itu berakibat ke dirimu?
Tentu saja dalam situasi ketika Anda menerima ungkapan itu dari temanmu, tidak ada nan berubah. Mungkin Anda dan teman-teman nan lain, termasuk nan mengungkapkan, juga meresponnya dengan santai, sembari cengengesan berjamaah. Nothing lah saat itu. Tetapi tidak ketika Anda pulang ke rumah. Cepat alias lambat, otakmu bakal mengais-kais potongan segmen mini sebelumnya. Vibe -nya pun mendadak banget berbeda, hatimu mungkin ikut melarutkannya, lampau ujung-ujungnya batinmu bakal berbisik lirih, Kuharus milikimu…Owalah, ini mah lagu Dewa keles.
“Apa iya sih saya pelit, apa iya sih saya kalkulasi ke temen…” Dan bersitan-bersitan liar lainnya sebagai narasi. Perasaaan saya selalu bantu dia, bukannya jika nongkrong saya giat patungan, dan bla bla bla. Mungkin inilah titik persimpangan batin, antara Anda terpengaruh dengan ungkapan temanmu dengan sekuat tenaga Anda berupaya menolak “tuduhan” temanmu. Tapi apapun itu, ketika ucapan nan sederhana dan terkesan sembari lampau itu membekas dalam pikiranmu, dan memaksamu menakar dirimu sendiri, fix! Itu artinya Anda sudah terpengaruh dengan ungkapan itu. Ungkapan remeh itu telah mengusik hatimu.
Sejurus berikutnya, nan terjadi terjadilah. Kamu bakal sering memikirkan ulang ungkapan receh itu. Saat di ruang kelas alias kuliah, di tempat kerja alias di ruang rapat. Bahkan kemungkinan besar saat di toilet.
Ssst…tulisan ini juga jangan dibaca serius-serius banget loh. Kalau setelah membaca ini Anda tetap kepikiran, itu artinya…..
Hehehe, itulah komunikasi, nan goal-nya adalah memengaruhi. Ya seperti ungkapan temanmu itu, alias pidato seorang tokoh nan membuatmu tersentuh, alias perbincangan tokoh antagonis dalam drakor favoritmu nan terngiang-ngiang di kepala, alias ungkapan pembimbing SMA nan tetap Anda kenang sampai saat ini, dan sekawannya. So, komunikasi sejatinya adalah how influensing others. Tabik! []